Oleh: Hermansyah Kahir
Penulis buku ‘Potret Ekonomi Indonesia di Era Digital’
Pengangguran adalah persoalan yang membutuhkan penanganan serius mengingat dampaknya yang sangat berbahaya bagi tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara. Selain menyebabkan kemiskinan, pengangguran juga dapat melahirkan berbagai tindakan kejahatan seperti pencurian, prostitusi, jual beli anak, dan berbagai perilaku kriminal lainnya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah pengangguran di Indonesia bertambah menjadi 6,88 juta orang pada Februari 2020. Angka ini naik 60.000 orang 0,06 juta orang dibanding periode yang sama tahun lalu. Bahkan, menurut Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) angka pengangguran bisa menyentuh 12,7 juta orang pada tahun 2021 mendatang akibat pandemik Covid-19.
Melihat dampak pengangguran yang begitu luas, maka wajar jika setiap negara berlomba-lomba mencari jalan keluar dari persoalan ini. Berbagai kebijakan dan program dibuat oleh pemerintah termasuk mendorong penciptaan wirausaha baru.
Mengapa wirausaha? Di era digital saat ini, eksistensi wirausaha semakin dibutuhkan karena manfaatnya sangat besar dalam meningkatkan taraf perekonomian masyarakat, sekaligus menjawab salah satu masalah besar yang dihadapi bangsa saat ini yaitu mencegah peningkatan angka pengangguran.
Kita semua sudah mafhum bahwa pertumbuhan perekonomian sebuah negara salah satu tolak ukurnya dapat dilihat dari jumlah pengusaha di negara tersebut. Amerika Serikat, Jepang, Singapura, Korea Selatan, dan Inggris adalah beberapa negara yang pertumbuhan ekonominya ditopang oleh wirausaha.
Meskipun demikian, rasio jumlah pengusaha di republik ini masih terbilang rendah. Data mutakhir menunjukkan jumlah wirausaha Indonesia baru sekitar 3,1% dari total populasi penduduk. Padahal Indonesia membutuhkan sekitar 4 juta wirausaha baru guna mendorong pertumbuhan ekonomi.
Dalam konteks kewirausahaan di tingkat global Indonesia jauh tertinggal dari negara-negara lain. Berkaca pada data yang dikeluarkan Global Enterpreneurship Index 2018, dari 137 negara, Indonesia berada di peringkat 94. Posisi tersebut masih tertinggal dibandingkan beberapa negara di Asia Tenggara, seperti Vietnam yang berada di urutan ke 87, Filipina di posisi 76, Thailand di 71, Malaysia peringkat 58, Brunei Darussalam di 53, dan Singapuran berada di urutan ke 27.
Penguatan pendidikan kewirausahaan
Sektor kewirausahaan menjadi faktor penting dalam pembangunan ekonomi suatu bangsa. Karenanya, salah satu langkah konkret untuk memajukan perekonomian adalah dengan memperkuat penanaman kewirausahaan bagi para pelajar.
Darwanto (2012), munculnya unit-unit usaha kecil hingga usaha besar diawali melalui jiwa kewirausahaan masyarakat. Pembangunan usaha baru melalui kegiatan produktif secara perlahan merangsang pertumbuhan output dan memperluas transaksi barang dan jasa dalam suatu wilayah. Dengan kata lain, entrepreneurship merupakan motor penggerak roda perekonomian.
Karena itu, untuk mengurangi angka pengangguran terdidik, dibutuhkan perubahan fundamental untuk mengubah paradigma generasi muda dari karyawan menjadi entrepreneur sehingga mampu menciptakan lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat luas. Untuk mengubah paradigma tersebut dapat dialukan melalui pendidikan kewirausahaan di lembaga pendidikan. Pendidikan kewirausahaan ini bisa memacu semangat para generasi muda untuk terjun ke dunia wirausaha.
Di sinilah pentingnya mentransformasikan pendidikan Indonesia ke arah pendidikan kewirausahaan sehingga jiwa entrepreneur benar-benar tumbuh dalam diri peserta didik. Sebab, jika tidak melalui jalur pendidikan kita sulit mencetak para entrepreneur baru dalam waktu yang relatif singkat.
Pendidikan kewirausahaan yang diajarkan di lembaga pendidikan—sekolah maupun perguruan tinggi manfaatnya dapat dirasakan oleh setiap peserta didik dari semua latar belakang sosial ekonomi karena mengajarkan mereka untuk berpikir luas. Selain itu, pendidikan kewirausahaan ini dapat menciptakan peluang, menjamin keadilan sosial, dan menanamkan kepercayaan diri pada generasi muda.
Kuncinya, pendidikan kewirausahaan ini perlu dukungan semua pihak—pemerintah, swasta, lembaga pendidikan, orang tua dan masyarakat. Tanpa sinergitas sangat mustahil kita mampu membangun anak-anak berjiwa entrepreneur.
Mendorong lembaga pendidikan (sekolah dan kampus) menghasilkan lulusan yang memiliki semangat berwirausaha memang tidak mudah. Selain pengajaran teori di kelas yang didukung tenaga pengajar yang benar-benar kompeten di bidangnya, kita juga membutuhkan praktik langsung dengan menjalin kerja sama dengan pihak perusahaan. Teori dan praktik—dua-duanya perlu diberikan kepada peserta didik agar output yang dihasilkan sesuai dengan harapan kita.
Jika pendidikan kewirausahaan ini bisa diberikan kepada generasi muda secara konsisten dan berkesinambungan, maka akan lahir para entrepreneur muda yang mampu mendorong perekonomian Indonesia menjadi lebih maju.